Hutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan salah satu bentuk skema perhutanan sosial yang diberikan oleh pemerintah kepada kelompok untuk mengelola dan/atau memanfaatkan kawasan hutan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan. HKm Menggerejo berada di Kabupaten Kulon Progo yang fungsi utamanya sebagai hutan lindung dan juga dijadikan sebagai tempat wisata dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Dikarenakan adanya pandemi Covid-19, wisata di lokasi ini belum pulih sehingga diperlukan solusi lain agar masyarakat sekitar hutan dapat memanfaatkan HKm sesuai dengan peruntukannya.
SDGs poin ke-12
Lima mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), di bawah bimbingan Agus Ngadianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D., tengah melaksanakan penelitian terhadap lima jenis bambu, yaitu petung, apus, ampel, wulung, dan ori. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pertumbuhan, sifat fisika, dan sifat mekanika bambu dalam kaitannya dengan potensi penggunaannya sebagai bahan konstruksi ramah lingkungan.
Kelima jenis bambu yang menjadi objek penelitian diambil dari kawasan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini dikenal memiliki kekayaan bambu yang melimpah, serta masyarakat yang secara tradisional memanfaatkan bambu untuk berbagai keperluan. Penelitian ini fokus pada analisis laju pertumbuhan bambu, umur optimal panen, kerapatan, kadar air, hingga kekuatan mekanis seperti daya tahan terhadap tekanan dan lentur. Hasil penelitian diharapkan memberikan data yang dapat mendukung pemanfaatan bambu sebagai material alternatif untuk menggantikan bahan konstruksi konvensional seperti kayu, baja, dan beton yang memiliki dampak lingkungan lebih besar.
Agus Ngadianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D., seorang akademisi dan peneliti, telah melakukan penelitian berjudul “Evaluasi Karakteristik Bambu Petung (Dendrocalamus asper Back.) sebagai Green Material Konstruksi”. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dikenal memiliki kekayaan sumber daya bambu melimpah. Fokus penelitian adalah mengkaji potensi bambu petung sebagai material konstruksi ramah lingkungan, baik dari sisi kekuatan mekanis, sifat fisik, maupun keberlanjutan ekologisnya.
Pada 10 November 2024 – Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Alfamart melaksanakan program pengabdian masyarakat Kampung Alfamart Sahabat Bumi 2024. Program ini bertujuan mendukung kampung wisata “Go Green” Pring Ledok Tinjon dengan menghidupkan kembali keaslian lingkungan melalui berbagai kegiatan pelestarian alam. Salah satu kegiatan yang diinisiasi oleh Bapak Agus Ngadianto (Dosen Program Studi Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi UGM) adalah pelatihan budidaya maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organik.
Pada 29 Oktober 2024 – Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Alfamart menjalankan program pengabdian masyarakat berbasis Pengembangan Desa Binaan serta Kampung Alfamart Sahabat Bumi 2024. Program ini bertujuan untuk mendukung kampung wisata “Go Green” Pring Ledok Tinjon dalam upaya memulihkan keaslian lingkungan melalui beragam kegiatan pelestarian alam. Salah satu kegiatan tersebut adalah Penyuluhan Kesehatan Ternak yang diinisiasi oleh Bapak Agus Ngadianto, selaku Dosen Program Studi Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi UGM.
Lokasi: Taman Nasional Gunung Merapi
Tanggal: Juli 2024
Pada bulan Juli 2024, 21 mahasiswa Pengelolaan Hutan angkatan 2023 melakukan magang mandiri di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Inisiatif ini berlangsung dari 1 hingga 21 Juli, bertujuan untuk memperdalam pemahaman mereka tentang konservasi ekosistem gunung dan kontribusi mereka terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar. Para mahasiswa dibagi menjadi dua tim, masing-masing ditugaskan di lokasi yang berbeda dalam taman nasional.
Tim pertama, yang terdiri dari sembilan mahasiswa, ditempatkan di SPTN I (Resort Pakem-Turi dan Cangkringan), sementara tim kedua, yang berjumlah dua belas mahasiswa, bekerja di SPTN II (Resort Musuk-Cepogo dan Selo, Boyolali). Kegiatan mereka mencakup berbagai aspek konservasi, termasuk pengamatan flora dan fauna, analisis sumber daya air, serta pengembangan potensi ekowisata.