Agus Ngadianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D., seorang akademisi dan peneliti, telah melakukan penelitian berjudul “Evaluasi Karakteristik Bambu Petung (Dendrocalamus asper Back.) sebagai Green Material Konstruksi”. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dikenal memiliki kekayaan sumber daya bambu melimpah. Fokus penelitian adalah mengkaji potensi bambu petung sebagai material konstruksi ramah lingkungan, baik dari sisi kekuatan mekanis, sifat fisik, maupun keberlanjutan ekologisnya.
Bambu petung dipilih karena dikenal memiliki fleksibilitas dan daya tahan yang tinggi, menjadikannya alternatif menarik untuk menggantikan material konstruksi konvensional seperti baja dan beton yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, penelitian ini juga mengulas efisiensi energi serta emisi karbon yang dihasilkan dalam proses pengolahan bambu, sehingga memperkuat posisinya sebagai bahan konstruksi inovatif. Kulon Progo sebagai lokasi penelitian dinilai strategis karena memiliki ekosistem bambu yang subur dan tradisi pemanfaatan bambu dalam masyarakat lokal. Dengan mengintegrasikan teknologi modern dan pengetahuan lokal, penelitian ini membuka peluang besar untuk pengembangan industri bambu berbasis keberlanjutan.
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mendukung pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan (SDG 9), menciptakan kota dan pemukiman yang berkelanjutan (SDG 11), serta mendorong pola konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (SDG 12). Lebih jauh, bambu petung yang mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar selama masa pertumbuhannya berperan dalam mitigasi perubahan iklim (SDG 13). Dengan memanfaatkan potensi lokal bambu petung, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ekonomi di Kulon Progo, tetapi juga menawarkan solusi inovatif yang dapat diadopsi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat nasional dan global.
Agus Ngadianto berharap hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan untuk pemanfaatan material konstruksi ramah lingkungan yang mendukung integrasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik lokal, guna mencapai tujuan keberlanjutan secara holistik.