Banyuwangi, 9 Oktober 2024 – Mahasiswa Sarjana Terapan Pengelolaan Hutan angkatan 2023 Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan kuliah lapangan yang bertujuan untuk mengenal ekosistem hutan, dengan fokus pada ekosistem mangrove di Jati Papak, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Kegiatan ini dilakukan di bawah bimbingan dosen dan tenaga pendidik untuk mengeksplorasi karakteristik unik dan pentingnya hutan mangrove yang terletak di antara daratan dan laut, serta dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut.
Ekosistem mangrove di Jati Papak ditandai dengan keanekaragaman hayati yang kaya. Ekosistem ini memiliki peran krusial dalam perlindungan pesisir, penyerapan karbon, dan penyediaan habitat bagi berbagai spesies laut. Area ini menunjukkan percampuran antara air laut dan air tawar, dengan endapan lumpur yang menciptakan habitat ideal bagi pertumbuhan mangrove. Menariknya, ekosistem ini diklasifikasikan sebagai azonal, yang berarti tetap hijau sepanjang tahun dan tidak terpengaruh oleh perubahan musim.
Selama kuliah lapangan, mahasiswa mempelajari berbagai spesies mangrove yang berkembang di lingkungan ini. Salah satu spesies yang menarik perhatian adalah Rhizophora, yang dikenal dengan sistem akar jangkar khasnya, mampu bertahan dalam kondisi pasang surut yang ekstrem. Rhizophora mucronata, atau bakau hitam, mendominasi zona depan dan tengah area mangrove, sementara Rhizophora apiculata (bakau minyak) dan Ceriops tagal banyak ditemukan di zona tengah.
Keanekaragaman spesies mangrove sangat terlihat, di mana beberapa spesies dapat ditemukan di daerah yang hanya kadang-kadang tergenang saat pasang tinggi. Spesies seperti Xylocarpus moluccensis (nyiri batu), Excoecaria agallocha (buta-buta), dan Lumnitzera racemosa (teruntum putih) diidentifikasi menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan variasi tingkat air. Beberapa spesies bahkan tumbuh di luar zona tipikal mereka, kemungkinan karena biji yang terbawa arus pasang dan berhasil berkecambah di lokasi baru.
Mahasiswa juga melakukan pengujian pH tanah di area mangrove, yang menunjukkan bahwa komposisi tanah diidentifikasi sebagai aluvial dengan warna abu-abu hingga hitam. Pengukuran pH tanah menggunakan pH stick menunjukkan pH 6, menandakan kondisi sedikit asam. Bahan organik terdeteksi dalam jumlah sedang di lapisan yang lebih dalam, sedangkan lapisan atas menunjukkan kandungan bahan organik yang sedikit karena pengaruh pergerakan pasang surut yang membawa material subur dan unsur hara.
Pengetahuan yang diperoleh dari kuliah lapangan ini sangat relevan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 tentang Pendidikan Berkualitas dan SDG 15 ekosistem daratan. Edukasi mengenai ekosistem mangrove ini diharapkan dapat mendorong kebijakan dan praktik yang mendukung perlindungan ekosistem mangrove. Mahasiswa yang terdidik diharapkan memiliki kemampuan untuk memberikan solusi berkelanjutan dan menciptakan generasi pemimpin yang lebih peka terhadap isu-isu lingkungan.
Pengenalan ekosistem mangrove ini memberikan wawasan berharga tentang pentingnya pelestarian hutan mangrove yang berdampak pada mitigasi perubahan iklim. Hutan mangrove berfungsi sebagai penyerap karbon yang efektif dan berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca di atmosfer. Kegiatan ini menjadi langkah penting bagi mahasiswa dalam memahami peran hutan mangrove dalam menjaga ekosistem perairan dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Penulis: Reizinta Kanigara