• id_IDIndonesian
  • en_USEnglish
Universitas Gadjah Mada Sarjana Terapan Pengelolaan Hutan
Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
  • PROFIL
    • SEJARAH
    • VISI DAN MISI
    • SUMBER DAYA MANUSIA
  • AKADEMIK
    • PROFIL LULUSAN
    • KURIKULUM
    • DAFTAR MATA KULIAH
  • PPM dan KERJASAMA
    • PENELITIAN
    • PENGABDIAN
    • KERJASAMA
  • KEMAHASISWAAN
    • FORKOMMADIKA
    • MAPALGA
    • KOMUNITAS
  • Beranda
  • BERITA TERBARU
  • Studi Tiru Budidaya Maggot di Kandang Maggot Melati Beji: Solusi Inovatif Pengelolaan Sampah Organik untuk Program Kampung Wisata Go Green Pring Ledok Tinjon

Studi Tiru Budidaya Maggot di Kandang Maggot Melati Beji: Solusi Inovatif Pengelolaan Sampah Organik untuk Program Kampung Wisata Go Green Pring Ledok Tinjon

  • BERITA TERBARU
  • 11 November 2024, 15.49
  • Oleh: admin
  • 0

Pada 10 November 2024 – Sekolah  Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Alfamart melaksanakan program pengabdian masyarakat Kampung Alfamart Sahabat Bumi 2024. Program ini bertujuan mendukung kampung wisata “Go Green” Pring Ledok Tinjon dengan menghidupkan kembali keaslian lingkungan melalui berbagai kegiatan pelestarian alam. Salah satu kegiatan yang diinisiasi oleh Bapak Agus Ngadianto (Dosen Program Studi Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi UGM) adalah pelatihan budidaya maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organik.

Sebagai bagian dari program ini, masyarakat Padukuhan Tinjon diajak untuk melakukan studi tiru di Kandang Maggot Melati Beji, Wates, Kulon Progo. Kandang Maggot Melati Beji ini merupakan sub unit KSM Melati Beji yang dikelola oleh Bapak Roy. Bapak Roy memberikan penjelasan mendetail mengenai proses budidaya maggot yang terintegrasi dengan pengelolaan sampah organik, manfaat maggot sebagai pakan ternak alternatif, dan langkah-langkah inisiasi untuk memulai budidaya maggot di rumah.

Bapak Roy menjelaskan bahwa maggot memiliki berbagai keunggulan salah satunya sebagai pakan ternak alternatif yang menggantikan pakan pelet. “Pemberian pakan maggot pada ayam petelur dapat meningkatkan kualitas telur dengan cangkang yang lebih keras, putih telur yang lebih banyak, kandungan omega-3 yang lebih tinggi, serta kesehatan ayam yang lebih baik secara keseluruhan,” jelasnya. Beliau juga menambahkan bahwa ayam pedaging yang diberi pakan maggot dapat mencapai harga jual sekitar Rp50.000 per ekor, meningkatkan nilai jual ternak bagi para peternak.

Di samping manfaat sebagai pakan ternak, budidaya maggot juga menjadi solusi yang efektif dalam menangani masalah sampah organik. “Maggot tidak hanya solusi yang mampu mengurangi tumpukan sampah organik yang semakin meningkat tetapi juga bernilai ekonomis. Dengan Permintaan pasar terhadap maggot sangat tinggi, tetapi ketersediaannya masih terbatas.  Saya berharap budidaya ini bisa menjadi solusi nyata bagi pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga, sehingga masing-masing keluarga dapat mengelola sampah organiknya sendiri dengan maggot dan membantu mengurangi sampah yang hanya berakhir di TPA,” tambah Pak Roy.

Pelatihan memanen telur maggot oleh Pak Roy

Kegiatan pelatihan budidaya maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organic ini didesain agar Masyarakat Padukuhan Tinjon dapat mengelola sampahnya secara mandiri. Bapak Agus Ngadianto menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya dirancang melalui studi tiru saja, namun juga kegiatan praktek budidaya maggot secara langsung oleh peserta. “tahapan selanjutnya kita akan melakukan praktek budidaya maggot skala rumah tangga”. Setelah melakukan kunjungan ini, kita akan mempraktekkannya secara langsung di padukuhan Tinjon” lanjut Pak Agus.

Program budidaya maggot ini berkontribusi pada tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab serta SDG 15 terkait kehidupan darat. Program ini diharapkan mampu memperkenalkan metode pengelolaan sampah organik yang inovatif dan berkelanjutan kepada masyarakat, serta mendukung gerakan “Go Green” di kampung wisata Pring Ledok Tinjon. Dengan pengetahuan baru ini, masyarakat diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengolah sampah organik dan berperan aktif dalam menjaga lingkungan.

Penulis : Rizka Maulida

Tags: PKM SDGs poin ke-12 SDGs poin ke-15

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Recent Posts

  • Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Potensi Hutan Rakyat di KTH Ngudi Lestari, Desa Wukirsari Cangkringan
  • Informasi Lowongan Kerja di PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari
  • Prodi STrPH Jalin Kerja Sama Strategis dengan Dinas Kehutanan Jawa Barat
  • Pendampingan Sertifikasi FSC di KTH Wana Bumi Lestari Kabupaten Kulon Progo
  • Pengelolaan Hutan Lestari Melalui Penanaman Kopi Di Hutan Kemasyarakatan Menggerejo, Kabupaten Kulon Progo
Universitas Gadjah Mada

SARJANA TERAPAN / D-IV PENGELOLAAN HUTAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER

SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Jl. Yacaranda, Gedung Sekip Unit 2 Lt,1

Depok Sleman Yogyakarta, Indonesia 55281

 (0274)551752

 (0274)551752

 pengelolaanhutan-sv@ugm.ac.id

  • Instagram
  • YouTube

© 2025 Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju